Halaman

Laman

Jumat, 02 Agustus 2013

Kisah Pangeran Urakan dan Gadis Berkerudung

Pada suatu hari di sebuah kerajaan, hiduplah seorang pangeran yang hidupnya tak beraturan alias urakan. Dia tinggal bersama ibunya yang adalah seorang Ratu di sebuah istana yang mewah. Ayahnya selalu pergi dari kerajaan, sehingga sang Pangeran selalu memiliki kelakuan yang manja. Di istana, dia selalu dimanja oleh para pelayannya dan sangat disayang oleh ibunya. Meski begitu, dia selalu baik kepada semua pelayannya.

Tapi di luar istana, sebenarnya sang Pangeran adalah orang yang pemalu. Demi menarik perhatian teman-temannya, dia selalu mengeluarkan candaan yang kasar dan perkataan yang kasar. Sehingga, terkadang teman-temannya tidak suka dengan kelakuan sang Pangeran tersebut. Karena, terkadang perkataannya menyakiti hati teman-temannya.

Sang Pangeran juga bukanlah orang yang pendiam. Setiap hari, dia selalu pergi ke hutan untuk berburu rusa dengan kudanya bersama anjing pemburu kesayangannya untuk dipersembahkan kepada ibunya. Jika dia tidak mendapat buruan, dia selalu bermain dengan anjingnya di hutan.

Sang Pangeran juga pernah memiliki hubungan dengan putri-putri kerajaan yang kebanyakan memiliki paras cantik, tinggi, dan memiliki rambut yang indah, tapi hubungannya tak selalu berjalan mulus. Karena, para putri tersebut selalu mempermainkan hatinya. Sehingga dia sudah jengah untuk mencari pasangan hidup yang sangat di nantikannya.

Jauh dari istana sang Pangeran, ada seorang gadis cantik berkerudung yang tinggal di gubuk tua di tengah hutan bersama ibu, adik perempuannya, dan neneknya. Hidupnya sungguh menderita, karena dia selalu disiksa oleh neneknya saat ibunya pergi berdagang di pasar dan sang adik pergi bersekolah di kota.

Jika dia salah mengambil sesuatu atau memasak sesuatu untuk neneknya, dia akan dicaci dan dipukul olehnya. Dia pun tidak diperbolehkan memiliki teman oleh neneknya meski dia pernah berhubungan dengan seorang pria di kota namun hubungan itu harus berakhir karena pria itu mengkhianatinya dengan menikah dengan orang lain, sehingga hidupnya terkurung di dalam gubuk tua itu. Dia hanya bisa melakukan pekerjaan rumah, meski sebenarnya dia sangat malas untuk melakukannya walaupun sang ibu telah memaksanya untuk melakukannya.

Sebenarnya, sang Gadis dapat bernyanyi dan menari. Setiap akhir pekan pun, jika dia bosan, dia akan bernyanyi dan menari di hutan bersama dengan binatang-binatang hutan di dekat air terjun setelah dia mengambil buah-buahan yang ada di hutan. Sang Gadis punya impian, bahwa suatu hari keahliannya dapat terpakai di kota untuk menghibur para penduduk yang kelelahan setelah bekerja. Sayang, para penduduk kota tidak menyukainya, karena menganggap tarian dan nyanyian adalah sesuatu yang sangat tabu dan gadis berkerudung tidak diperbolehkan menjadi musisi.

Suatu hari saat sang Pangeran pergi ke hutan seperti biasanya, ada seekor rusa betina yang sedang mencari makan di hutan. Sang Pangeran bersembunyi di balik semak-semak untuk menunggu saat yang tepat untuk membidik rusa tersebut dan memanahnya dengan panah yang telah diasahnya di istana. Saat sang Pangeran akan melepaskan anak panahnya, rusa betina itu langsung lari dari tempat dia makan. Sang Pangeran cukup kecewa, karena buruannya malah lari.

Akhirnya, sang Pangeran berlari mengikuti buruannya tersebut bersama dengan anjingnya. Saat di tengah-tengah hutan, tiba-tiba dia mendengar seseorang yang bernyanyi. Suaranya memang tidak tinggi, tapi sungguh merdu dan sangat enak didengar. Sang Pangeran pun terbuai dengan nyanyiannya. "Suaranya sangat merdu. Suara siapakah itu?" katanya penasaran

Sang Pangeran mencoba mengikuti arah suara nyanyian tersebut bersama anjingnya. Setelah menemukan asal suara tersebut, sang pangeran melihat seorang gadis berkerudung yang sedang bernyanyi sambil menari bersama dengan binatang-binatang hutan. Termasuk, rusa betina buruan sang pangeran. Sang Pangeran bersembunyi di balik pohon pinus besar dan memperhatikan gadis tersebut bernyanyi.

Sang Gadis terlihat bahagia, karena selalu tersenyum saat bernyanyi dan menari bersama para binatang. Melihat senyumannya, sang Pangeran langsung jatuh hati padanya. Matanya langsung terpana melihat senyuman sang Gadis yang terlihat bahagia.

Tiba-tiba, sang Gadis menghentikannya. "Maafkan aku, kawan-kawan." katanya dengan nada penuh penyesalan. "Aku harus pulang ke rumah."

Para binatang merasa kecewa mendengarnya. Tapi, sang Gadis mencoba menghibur mereka. "Bukannya apa-apa. Aku harus menjaga rumah. Saat ini, di rumah tidak ada siapa-siapa. Nenek sedang berada cukup jauh di kota karena sakit dan harus dirawat oleh pamanku yang tinggal di kota selama beberapa hari. Ibu dan adikku belum kembali dari kota. Jadi, kalian harus mengerti. Maafkan aku."

Lalu, sang Gadis pun pulang ke rumah. Sang Pangeran mencoba mengingat perkataan orang-orang di kota, yang pernah mengatakan bahwa ada seorang nenek yang egois dan terkenal suka berbohong dan menyiksa cucu-cucunya yang tinggal di tengah hutan bersama anak dan cucu-cucunya.

Apakah dia tinggal di rumah itu? gumamnya. Nampaknya, aku harus menyelidikinya.

Sang Pangeran pun mengikuti gadis itu dengan kudanya dan anjing pemburu kesayangannya. Setelah sang Gadis sampai di rumahnya, sang Pangeran bersembunyi di balik semak-semak yang berada tidak jauh dari rumah sang Gadis. Dia memperhatikan sang Gadis sedang menyiapkan makanan untuk ibu dan adiknya.

"Jadi, ternyata benar." katanya pelan sambil tersenyum. "Dia adalah cucu dari nenek yang selalu dibicarakan oleh orang-orang itu."

Setelah selesai, sang Pangeran langsung pulang bersama dengan kuda dan anjingnya. Dia pun menceritakan soal gadis tersebut kepada ibunya dan ayahnya yang ternyata baru saja pulang ke istana. Mendengar cerita putranya, sang Ratu dan sang Raja langsung tahu jika putranya itu jatuh cinta pada gadis tersebut.

"Lalu, kapan kau akan menemuinya lagi?" tanya sang Ratu kepada sang Pangeran.

Sang Pangeran malah terdiam dan tidak bisa menjawab pertanyaan ibunya. Lalu, ibunya memberikan solusi. "Begini saja. Kau lebih baik menemuinya lagi pada esok hari di rumahnya."

Pangeran menghela nafasnya. "Baiklah, Bu."

"Dan, sampaikan salam Ayah untuknya."

"Baik, Ayah.

Keesokan harinya, sang Pangeran langsung pergi menuju rumah sang Gadis. Sesampainya di sana, ternyata tidak ada siapa-siapa di rumahnya. Lalu, dia masuk ke dalam rumahnya. Rumahnya memang gubuk tua yang reyot, tapi selalu bersih dan tertata rapi. Sang Pangeran merasa betah di dalamnya dan bergumam "Mengapa aku tidak menunggu gadis itu pulang di dalam rumah daripada aku harus menunggunya di luar?"

Akhirnya, sang Pangeran duduk di kursi yang ada di meja makan yang ternyata dekat dengan perapian. Sang Pangeran merasa nyaman di dalamnya.

Saat sang Gadis pulang, dia sudah merasa curiga karena pintu rumahnya terbuka. Dia menelan ludah, karena dia takut ada perampok yang ternyata masuk ke rumahnya. Dia lalu menaruh keranjang yang berisi buah-buahan yang dia kumpulkan di hutan dan mengambil sebatang kayu untuk jaga-jaga.

"Oh, Tuhan..." katanya pelan. "Ibu pasti akan marah jika melihat ini terjadi."

Dia pun berjalan pelan-pelan ke dalam rumah dan menemukan ada seorang pria asing yang duduk di kursi dekat meja makan. Pria tersebut nampaknya sedang menunggu seseorang. "Sedang apa kau di sini?" tanyanya.

Sang Pangeran terkejut dengan suaranya dan melihat ke arah belakangnya. Itu adalah gadis yang pernah dilihatnya di hutan. "Oh..." gumamnya canggung. "Umm..."

"Siapa kau?" tanya sang Gadis.

"Uh...aku..."

"Mengapa kau ada di sini?"

"Dengarkan dulu penjelasanku."

Sang Gadis pun akhirnya mendengarkan.

"Aku melihatmu di hutan kemarin saat aku sedang berburu."

"Apa...kau pemburu?"

"Yah..." Sang Pangeran salah tingkah. "Begitulah..."

"Jadi, kau yang hampir memburu temanku si rusa betina di hutan?"

Sang Pangeran terkejut. "Bagaimana..."

"Oh. Gampang. Aku dapat berbicara dengan binatang-binatang itu."

Mata Pangeran terbelalak mendengarnya. "A...apa?"

"Ya. Aku bisa berbicara dengan binatang-binatang itu."

"Oh..."

"Jadi, ada apa kau kemari?"

"Aku ke sini, karena...karena..."

"Kau ingin menemuiku?"

"Ya! Benar! Benar sekali!"

Sang Pangeran benar-benar salah tingkah. Karena, dia tidak bisa berhenti memandang sang Gadis yang hanya bisa menundukkan pandangannya sambil tertawa kecil. Lalu, saat sang Gadis membawa masuk makanannya sang Pangeran melontarkan pertanyaan.

"Jadi, kau tinggal di sini bersama siapa?"

"Nenekku, ibuku, dan adikku. Kau mau teh atau kopi?"

"Uh...kopi, tolong."

"Baiklah."

Setelah menaruh makanannya, sang Gadis pun membuatkan kopi untuknya. Sambil dia membuatkan kopi, sang Pangeran bertanya "Apa kau punya ayah?"

"Ayahku pergi dari rumah dan cerai dari ibuku."

"Oh. Maafkan aku."

Sang Gadis hanya tersenyum. "Tidak apa-apa."

Lalu, dia membawakan secangkir kopi untuk sang Pangeran dan menaruhnya di atas meja makan. Sang Pangeran tersenyum sambil mengucapkan "Terima kasih."

"Jadi, mengapa kau ingin menemuiku?" kata sang Gadis sambil duduk di sebelahnya.

Sang Pangeran terkejut dengan pertanyaannya, sampai-sampai dia hampir tersedak minumannya dan terbatuk-batuk. Sang Gadis pun membantunya membersihkan kopi yang tumpah dari mulut sang Pangeran. Sang Pangeran makin jatuh cinta sampai-sampai menatap sang Gadis. Sang Gadis juga menatapnya, tapi langsung tertunduk malu karena menyadari kalau wajahnya memerah. Sang Pangeran berdahem. "Maafkan aku. Sebenarnya, aku hanya penasaran."

"Oh. Maksudmu, kau hanya penasaran denganku...?"

"Yah...begitulah. Dan, mengapa kau menutup rambutmu dengan...kerudung?"

"Oh. Ini kewajibanku."

"Uh...kewajiban?" Sang Pangeran bingung dengan perkataannya.

"Ya. Kewajiban. Dari Tuhanku."

"Oh..."

Tak disangka, gadis yang disukai oleh sang Pangeran ternyata tidak hanya cantik, tapi juga adalah sosok yang religius. Saat Sang Pangeran akan pulang setelah mengobtol panjang dengannya dan menghabiskan kopinya, dia pun berpamitan kepada sang Gadis. "Baiklah. Aku pulang dulu."

"Ya. Hati-hati, ya." kata sang Gadis sambil tersenyum.

Akhirnya, sang Pangeran pulang ke istana. Di istana, dia menceritakan sang Gadis kepada pengawal istana yang juga sahabatnya. Mengetahui kalau pangerannya jatuh cinta pada gadis biasa, sang Pengawal berkata "Apa jadinya kerajaan ini, jika nanti akan dipimpin oleh seorang gadis biasa?"

Dengan marah, sang Pangeran membentak "Jangan macam-macam dengan dia! Meskipun dia gadis biasa, dia itu gadis yang lebih bijak daripada putri-putri kerajaan yang pernah aku kencani!"

Sang Pengawal meminta maaf atas perlakuannya. Keesokan harinya, saat sang Pangeran sedang ke hutan dengan kudanya bersama pengawal dan anjing pemburunya, tiba-tiba kuda tersebut tersandung batu dan terjatuh bersama sang Pangeran. Sang Gadis yang melihat kejadian itu saat mengambil buah-buahan langsung berlari ke arah Pangeran yang terluka.

"Ada apa ini?" tanyanya bingung dan terkejut.

"Hei!"

Sang Pangeran menarik kerah baju sang Pengawal, dan berbisik "Jangan beritahukan dia kalau aku ini seorang pangeran."

Sang Pengawal yang ketakutan mengangguk mengikuti perintah sang Pangeran. Sang Gadis bertanya pada sang Pangeran "Kau tidak apa-apa?"

"Ya."

Sang pangeran mencoba berdiri, tapi akhirnya dia berteriak kesakitan. Kakinya ternyata terkilir, dan kepalanya terluka. Sang Gadis yang meyadari hal itu berkata. "Aku akan membawamu ke rumahku."

"Tapi,..."

"Sudahlah. Kau terluka dan harus aku tolong."

Akhirnya, sang Gadis menggotong sang Pangeran ke rumahnya bersama sang Pengawal. Saat itu, ibu dan adik perempuan sang Gadis terkejut dia membawa pria asing yang terluka ke dalam rumah mereka. Tapi, akhirnya mereka menolongnya dan tidak membiarkan pria itu lumpuh karena terkilir.

Sang Pangeran segera ditolong dengan cepat dan dia dibaringkan di sofa kumuh milik keluarga itu. Kakinya diistirahatkan di atas sofa. Sang Gadis membasuh luka sang Pangeran dengan air hangat. Sang Pangeran senang-senang saja, saat ditolong seperti itu. Hanya saja, sang Pangeran yang merasa tak enak hati dengan keluarga itu meminta pulang kepada sang Pengawal.

"Aku ingin pulang."

"Tapi,..."

"Sudah! Antarkan aku pulang! Sekarang!"

Sang Pengawal hanya bisa menurut. "Baiklah."

"Kau mau pulang?" tanya sang Gadis kebingungan.

"Ya." Sang Pangeran dibantu oleh sang Pengawal untuk berdiri. "Maafkan aku, karena aku telah merepotkan kalian."

"Tidak apa-apa." kata ibu sang Gadis. "Kami tidak merasa repot. Sudah kewajiban kami, untuk menolong siapa saja yang kesulitan."

"Kalian sungguh keluarga yang baik." Mata sang Pangeran berkaca-kaca. "Baiklah. Aku akan pulang."

Sang Gadis memegang lengan sang Pangeran. Sang Pangeran menatapnya kebingungan.

"Berjanjilah padaku." kata sang Gadis dengan nada memohon.

"Apa maksudmu?" tanya sang Pangeran.

"Berjanjilah kita akan tetap saling terhubung. Kirimkan aku sepucuk surat. Supaya aku tidak terbunuh oleh rasa rindu dan kesepian. Aku sungguh tidak punya teman sejak...entahlah."

Sang Pangeran tersenyum. "Baiklah. Aku berjanji."

Sang Pangeran yang masih terluka parah, akhirnya pulang ke istana bersama sang Pengawal.

Berhari-hari, sang Pangeran tidak menemui sang Gadis karena harus mengistirahatkan kakinya. Sang Gadis pun juga merindukan sang Pangeran yang bahkan dia tidak tahu namanya. Di rumahnya, dia hanya bisa termenung karena memikirkan sang Pangeran. Begitu pun sang Pangeran. Dia tidak bisa berhenti memikirkan sang Gadis. Hatinya penuh dengan gejolak asmara yang membuatnya tidak bisa tidur tenang. Hanya sepucuk surat saja, yang bisa menemani hari-hari mereka.

Suatu hari setelah sang Pangeran sembuh, dia memerintahkan sang Pengawal untuk pergi ke rumah sang Gadis. Sang Pengawal pun pergi ke rumah sang Gadis. Saat sang Gadis sedang membersihkan rumahnya, tiba-tiba dia mendengar derapan kuda dan kereta sang Pengawal. Dia terkejut melihatnya saat sang Pengawal turun dari kudanya. "Kau yang waktu itu, kan?"

Sang Pengawal dengan gagah berkata "Pangeran ingin kau pindah dari rumah ini ke istananya."

Sang Gadis kebingungan. "Pangeran? Mengapa Pangeran ingin aku pindah?"

"Karena, dia sudah tahu soal dirimu. Dan, dia ingin kau, ibu dan adikmu, pindah ke istananya."

"Lalu, bagaimana...?"

"Nenekmu sudah diamankan selamanya di rumah pamanmu."

"Oh..."

Ibu dan adiknya keluar dari rumah karena penasaran apa yang sedang terjadi. "Ada apa ini?" tanya ibunya.

Sang Pengawal berkata dengan santun "Nyonya, kau dan kedua putrimu akan pindah ke istana."

Ibunya bingung. Sang Gadis juga kebingungan sambil menatap ibunya. Tapi, akhirnya sang Gadis beserta ibu dan adiknya pindah ke istana. Mereka diantarkan ke kamar mereka masing-masing, lalu dimandikan dan diberi pakaian yang mewah dan bersih. Sang Gadis pun juga diberikan kerudung-kerudung dari bahan terbaik. Bahkan, lebih baik dari pada kerudung yang biasa dipakainya.

Sang Gadis pun didandani dan langsung berubah seperti sosok seorang putri berkerudung yang sangat cantik. Ibu dan adiknya pun juga memakai pakaian yang bagus. Lalu, mereka diantarkan ke ruang dansa. Sang Gadis beserta ibu dan adiknya menjadi pusat perhatian di acara pesta dansa yang diadakan oleh istana.

Lalu, sang Pangeran memunculkan dirinya dengan pakaian khas seorang pangeran sambil tersenyum menuruni setiap anak tangga. Sang Gadis terkejut. Ternyata, pria yang waktu itu pernah datang ke rumahnya dan pernah ditolongnya adalah sang Pangeran sendiri!

"Jadi, kau..." katanya terheran-heran.

"Ya." kata sang Pangeran sambil menghampiri sang Gadis. "Aku adalah pria yang waktu itu datang ke rumahmu dan waktu itu kau tolong."

Sang Gadis pun menjadi malu dan salah tingkah. Sang Pangeran hanya tertawa melihatnya.

"Maafkan aku, karena telah lancang menolong Anda. Yang Mulia."

"Ada yang ingin aku tunjukkan padamu."

"Apa?" tanya sang Gadis.

Lalu, sang Pangeran membawa sang Gadis ke arah sekumpulan band yang mengiringi musik dansa di pesta dansa tersebut. Sang Gadis bingung.

"Apa maksud semua ini?"

"Kau suka bernyanyi, bukan?"

"I...ya." kata sang Gadis canggung.

Sang Pangeran pun tersenyum. "Maka, bernyanyi lah untukku dan semua tamu yang ada di sini."

Mata sang Gadis berkaca-kaca dan wajahnya penuh dengan senyuman. "Apakah kau bersungguh-sungguh?"

"Tentu saja."

Sang Gadis tersenyum lebar dan berkata sambil membungkuk "Terima kasih, Yang Mulia."

"Panggil aku Adam."

"Oh..." Lalu, sang Gadis pun memiliki ide. "Kalau begitu, panggil aku Ninis."

"Ninis?"

"Ya. Tentu saja."

Lalu, Ninis pun pergi menghampiri band pengiring tersebut yang sudah menyelesaikan lagu dansa pertama. Saat lagu dansa kedua, dia pun bernyanyi dengan sepenuh hatinya.

Saat Ninis sedang bernyanyi, ibunya dan ibu Adam, sang Ratu, saling mengobrol satu sama lain dan membicarakan tentang hubungan mereka berdua.

Di pertengahan lagu, Pangeran Adam pun mengajaknya berdansa. "Maukah kau berdansa denganku?"

Ninis mengangguk sambil terus bernyanyi. Lalu, Pangeran Adam dan Ninis pun berdansa berdua. Kebahagiaan terpancar dari wajah mereka berdua. Mereka berdua pun saling menatap dengan penuh cinta.

Setelah lagu selesai, sang Pangeran memiliki sebuah pengumuman. "Mohon perhatian semuanya."

Akhirnya, semua tamu berhenti berdansa dan mendengarkan pembicaraan Pangeran Adam. "Hari ini, adalah hari yang sangat spesial untukku. Karena, hari ini aku akan melamar gadis pujaan hatiku."

Lalu, Pangeran Adam berlutut di hadapan Ninis sambil mengeluarkan sebuah cincin yang sangat berkilauan. "Ninis, maukah kau menikah denganku?"

Ninis terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa. Lalu, Pangeran Adam melanjutkan pembicaraannya. "Ninis, sejak pertama kali aku mendengar nyanyianmu, sejak pertama kali aku melihatmu bernyanyi dan menari bersama para binatang hutan, sejak pertama kali aku berbicara denganmu, dan sejak pertama kali kamu menolongku yang waktu itu terluka, hatiku yakin bahwa kamu adalah belahan jiwaku."

Ninis pun menangis terharu mendengarnya.

"Aku sudah meminta izin pada ibumu untuk menikah denganmu. Dan, dia merestuinya." lanjut sang Pangeran.

"Tapi, kau belum meminta izin kepada ayahku."

Tiba-tiba, sang Raja tiba di istana. Dia melihat putranya sedang berlutut untuk melamar seorang gadis berkerudung. Dengan marah, sang Raja bertanya "Nak, apa yang kau lakukan?"

Sang Pangeran berdiri dan menghampiri sang Raja. "Ayahanda Raja, aku mohon Ayahanda harus mendengarkan penjelasanku."

"Apa yang gadis ini lakukan di istana ini?" Sang Raja terdengar geram.

"Ayahanda, aku yang mengundangnya ke istana ini."

"Apa kau bilang?!"

"Ayah, dia ini tidak seperti apa yang Ayah pikirkan."

"Tapi, Ayah sudah mengusir keluarganya termasuk neneknya dari kota."

"Tapi Ayah, dia, ibunya, dan adiknya tidak seperti neneknya yang kejam!"

Mendengar anaknya marah padanya, akhirnya sang Raja mendengar penjelasannya.

"Ayah, apa Ayah ingat ketika aku bercerita tentang seorang gadis yang hidup di tengah hutan yang aku temui waktu itu? Dia adalah gadis yang aku maksud. Dan, apa Ayah juga ingat ketika aku terluka di tengah hutan saat aku pulang ke istana? Dia lah yang merawat luka-lukaku di rumahnya."

Tiba-tiba, ayah Ninis yang seorang berandalan berusaha mendobrak masuk ke dalam istana, meski ada dua pengawal sudah mencoba menghentikannya. Ninis menghampirinya dan langsung menampar wajah ayahnya. "Mengapa Ayah kemari?"

Melihat emosi Ninis yang memuncak, Pangeran Adam bertanya padanya "Apa kau kenal dia?"

"Bagaimana aku tidak mengenalnya?" tanya Ninis geram. "Dia adalah pria yang meninggalkan rumah begitu saja dan tidak bertanggung jawab terhadapku, ibuku, dan adikku!"

Pangeran Adam pun mengerti. "Pengawal, bawa dia ke penjara!"

"Baik, Pangeran." kata kedua pengawal tersebut.

"Tapi, sebelum itu..." Ninis menghampiri sang Raja. "Baginda Raja, saya memiliki sebuah permohonan."

Sang Raja menghela nafas. "Apa itu?"

"Baginda harus meminta izin pada ayah saya, agar Pangeran Adam dapat melamar saya."

Sang Raja, pangeran Adam, dan semua tamu di ruangan itu terkejut.

"Apa kau yakin?" tanya sang Raja.

"Iya, Baginda. Karena, itu adalah syaratnya supaya Pangeran Adam dapat melamar saya."

Dengan berat hati, sang Raja akhirnya meminta izin pada ayah Ninis.

"Hai, Berandal Jalanan. Aku meminta izin padamu, agar putraku dapat meminang putrimu. Apa kau mengizinkan dan merestuinya?"

Ayah Ninis hanya bisa mengangguk setuju. Lalu, sang Raja berkata "Anakku, pinanglah gadis itu! Karena, Ayah juga merestui pernikahan kalian."

Mata Pangeran Adam berbinar-binar. "Benarkah, Ayah?"

Sang Raja mengangguk. Tapi, ada yang tidak menyetujuinya. "Kau pikir kau bisa melamar gadis gelandangan itu, Kakak?! Kami tidak akan membiarkannya!!!"

Ternyata, yang mengatakan semua itu adalah adik-adik sang Pangeran. Mereka berdua memasang wajah garang supaya sang Kakak tak dapat melamar Ninis. Tentu saja, pangeran Adam lebih marah pada mereka. "Apa maksud kalian berbicara seperti itu???"

"Kakak." kata sang adik perempuan yang tak lain adalah sang Putri. "Kakak pikir, dia itu pantas jadi anggota kerajaan kita."

"Tentu saja!" jawab Pangeran Adam menantang adik-adiknya. "Mereka itu lebih bijaksana dari kalian berdua."

"APA KAU BILANG???!!!" teriak sang adik laki-laki yng juga seorang pangeran.

Belum selesai adik-adiknya ingin membuat keributan di istana, semua mantan-mantan kekasih Pangeran Adam yang tak lain adalah para Putri dari berbagai penjuru kerajaan. Ninis yang ketakutan saat banyak orang yang ingin menghancurkannya, mencoba mundur dari perkelahian itu dan memojokkan dirinya sendiri. Pangeran Adam masih berusaha untuk membelanya dengan lantang.

Tidak tahan dengan teriakan mereka, Ninis berusaha menutupi kedua telinganya dan terduduk di atas lantai sambil menangis. Sayangnya, suara mereka makin terdengar. Akhirnya, Ninis berteriak "DIAAAAAAAAAAMMMMMMMMMM!!!!!!!!!!"

Saat Ninis berteriak, dalam sekejap seluruh jendela kaca istana dan semua tempat jamuan makan yang terbuat dari kristal dan keramik pecah, lampu di ruang dansa terjatuh, dan atap ruang dansa meledak! Semua orang yang ada di ruang dansa juga menutup telinga mereka semua supaya telinga mereka tidak sakit.

Setelah Ninis selesai berteriak, seluruh nafasnya hampir habis karena dipakai untuk berteriak. Pangeran Adam langsung menghampirinya dan akhirnya memeluk sang gadis pujaan hatinya tersebut. Ninis hanya bisa menangis di dalam pelukannya.

"Sudah." Pangeran Adam ternyata juga ikut menangis.

Tangisan Ninis makin kencang. Tapi, akhirnya Pangeran Adam menghapus air matanya dan melepaskan pelukannya untuk menghapus air mata Ninis. "Aku paling tidak suka jika wanita yang aku cintai harus menangis."

Ninis pun akhirnya tersenyum. Pangeran Adam sekali lagi meminta kepada Ninis. "Sekali lagi, Ninis. Maukah kau menikah denganku?"

Ninis akhirnya berkata "Ya. Aku mau."

Pangeran Adam memeluknya, lalu menyematkan cintin pertunangan ke jari manis kiri Ninis. Akhirnya, Pangeran Adam dan Ninis menikah dengan pesta yang meriah. Para rakyat pun ikut merayakannya dengan gembira. Dan, Pangeran Adam dan Ninis akhirnya hidup bahagia selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

I'm doing my blog, it's because this is my favorite job. Any kind of negative comments will be deleted. Because, if you don't like my blog, just don't read it... Judge yourself, before you judging me...